
Saya katakan … Saya bangga masuk Pesantren Sintesa.
Kenapa? Karena Saya bisa mendapatkan gelar baru lagi.
Saya, selain bergelar Sarjana Manusia, juga bergelar Dokter Curhat.
Jangan tanyakan gelar Dr. Curhat ini Saya dapatkan dari mana. Yang jelas ini hasil jerih payah menempuh pendidikan sampai jenjang S3.
S1, SDN Dadaha 1 Tasikmalaya; S2, SMPN 4 Tasikmalaya; S3, SMKN 2 Tasikmalaya. Jadi, Sintesa ini Saya anggap institusi pendidikan di mana Saya menempuh pendidikan jenjang S4. Ya … awalnya sama-sama huruf S, kan?
Gelar yang akan Saya dapatkan adalah –izinkan Saya mengarangnya- S. Eo. Setuju? Harus lah … bagus juga kalau lulus dari Sintesa ini bikin izajah masing-masing. Pft.
Ini sekadar saran, pada siapa saja yang ingin bahagia dengan cara-cara sederhana. Cobalah bahagiakan diri dengan gelar-gelar buatan.
Seperti di postingan pertama, Saya menulis, “Biarkan Saya membahagiakan diri dengan gelar S. Ma; Sarjana Manusia.” Maka, buatlah gelar yang mempresentasikan diri Kamu. Jangan malu apalagi gengsi.
Saya pernah melihat foto yang, sungguh, membuat pikiran ini berkata, “Dia orang paling bahagia.”
Apa sebab?
Sebabnya, dia menyematkan gelar Sp. Tb. di ujung namanya. Kamu tahu Sp. Tb. Itu kepanjangannya apa? Ya, Spesialis Tambal Ban. Dia bahagia. Saya yakin.

Atau seperti Mas Handsome yang, meskipun kemarin asli diwisuda, menggelari dirinya tidak dengan gelar resmi S. Kom. pemberian kampus.
“Malu pakai gelar dari kampus kalau tidak bisa apa-apa.” jawabnya, ketika Saya tanyakan, “Kenapa?”
Jadi kemarin itu dia bilang bahwa, gelarnya adalah B. Sm; Bukan Sekadar Motivator.
Mantap, kan? Mantap, dong. Pft.
Mas Ippho ‘right’ Santosa juga, kalau tidak salah, dalam bukunya 7 Keajaiban Rezeki menggelari dirinya Ph. G; Pengusaha Gila.
Valentino Rossi digelari The Doctor bahkan tanpa pernah membuat skripsi, maka Saya tidak akan meminta izin pada siapapun untuk menambah-nambahi gelar di ujung nama Saya.
Apa alasan Saya digelari Dr. Curhat?
Ya … karena, mungkin, paling sering dijadikan tempat pembuangan masalah rekan-rekan. Utamanya memang rekan-rekan kampus. Meskipun ada juga rekan SMP dan SMK; sekadar meminta pendapat tentang masalahnya.
Kamu juga bisa. Asalkan terbiasa menjadi pendengar yang baik.

Menjadi pendengar yang baik itu penting, lho, dan harus dipelajari dari sekarang. Apalagi kalau Kamu laki-laki yang nantinya akan jadi suami. Perlu ilmu tentang mendengarkan curhat …
… karena istri itu tabiatnya ceriwis dan selalu mengulang-ngulang permasalahan yang sama.
Dr. Curhat; Saya tidak tahu teorinya seperti apa, tapi yang selalu Saya lakukan adalah –berusaha- menyentuh hati orang lain. Agar nasehat-nasehat tekstual, yang banyak tertulis di buku dan kitab suci maksudnya, dirasa seperti air hangat yang mengguyur kulit gatal. Nikmaaat.
Kurang lebih seperti ini …
Jadikan Diri Kita Seperih Sepenanggungan
Dalam ilmu komunikasi ada yang namanya teknik mirroring. Saya tahu teknik ini dari seorang trainer yang sedang menambah jam terbang dengan blusukan. Beliau lulus dari berbagai lembaga training, salah duanya yaitu Youthcare Internasional dan Neuro Linguistik Programming tersertifikasi.
Kata beliau, mirroring adalah menyamakan situasi kita dengan lawan bicara; tidak hanya dari cara berbicara, tapi bahkan sampai posisi ketika berbicara, juga intonasi.

Bagi Saya hal tersebut sangat susah. Serius.
Ketika lawan bicara jongkok, ikuti jongkok; mereka ngupil, ikuti ngupil; mereka kentut … jangan tutup hidung. Katakan, “Semerbak, harum dalam segala maknanya.”
Ea.
SEKILAS INFO: Bagi Anda yang tertarik belajar trading, investasi, crypto, dll. bisa belajar sedikit-sedikit di sini. Ke depannya, kami akan sajikan informasi penting dan faktual seputar trading (forex, saham, crypto) ataupun investasi di instrumen saham, reksa dana, emas, dll. Selain itu akan ada tutorial pemaksimalan aplikasi trading dan investasi seperti Ajaib, Stockbit, Bibit, dan juga pemanfaatan bank digital seperti Sea Bank atau Bank Jago.
Kenapa harus menduplikasi lawan bicara? Agar ada perasaan dan persamaan yang terjalin sehingga, setelah itu, kita bisa –sedikitnya- merasakan perasaan lawan bicara. Kalau lawan bicara stress, posisikan diri sebagai orang yang baru sembuh dari stress. Atau sebagai orang yang lebih stress.
Begitu pun di media sosial yang menggunakan bahasa tulisan.
Yang sering Saya lakukan adalah menyamakan gaya bahasa. Misalkan lawan bicara menggunakan ‘Loe-Gue’ Saya ikuti itu; kalau pakai ‘Saya-kamu’, seperti Rangga dan Cinta “Yang Kamu lakukan ke Saya itu … Jahat.” usahakan sesuaikan.
Hal tersebut akan mempengaruhi psikologi lawan bicara, sehingga mereka merasa bahwa kita seperih sepenanggunan, masalah-masalah yang diceritakan pun lambat laun mengalir sebab musababnya. Lebih terbuka.
Coba saja.
Jangan Memberikan Solusi Kalau Tidak Diminta
Kalau dicurhati biasanya gatal ingin memberi solusi. Itu adalah, menurut Saya, kesalahan yang cukup tidak bisa dibenarkan. Pasalnya, tidak semua orang yang curhat itu meminta solusi. Banyak dari mereka hanya memerlukan telinga untuk mendengarkan masalah-masalahnya …

… bukan mulut yang tidak sopan dan sok tahu.
Ini serius. Coba baca bukunya John Gray, Ph. D yang judulnya Men Are from Mars, Women Are from Venus, Kamu akan tahu perbedaan psikologi seorang pria dan wanita, cara mereka menyampaikan masalah-masalahnya, apa yang sering dilakukan …
… serta cara-cara mengatasi mereka. Sebenarnya masih banyak. Tapi Saya lupa. Saya belum hafidz, masih muraja’ah terus.
Manusia itu unik. Dan mempelajarinya sungguh asik.
Benarkan Setiap Perkataan
Benarkan setiap perkataan mereka, seakan-akan kita berada di pihaknya. Itu akan membuat lawan bicara semakin terbuka dengan masalah-masalah mereka.
Tujuannya adalah menyentuh hati.
Ketika hatinya sudah tersentuh, maka mudah sekali untuk memberikan arahan dan nasehat.

Kemungkinan besar, lawan bicara akan nurut dan melakukan saran-saran yang diberikan, selama saran itu disampaikan dengan bahasa yang tidak menyalahkan.
Maka sekali lagi, penting untuk membenarkan masalah-masalah lawan bicara agar, minimalnya, hati mereka terangkat dan membukakan pintunya.
Masuklah Kamu dari sana.
Berikan Pujian Tulus
Pujian itu penting. Setiap manusia menyukai pujian. Maka salah satu cara menyentuh hati lawan bicara adalah memuji dengan tulus.

Pujian itu bisa mengubah kehidupan orang lain seketika.
Tidak terkecuali bagi Stevie Wonder, musisi legend yang buta. Awal perubahan hidupnya adalah karena dipuji mempunyai pendengaran yang lebih peka dari orang kebanyakan.
Nah, dalam rangka menjadi pendengar curhat yang baik pun, penting untuk memberikan pujian …
… pujian atas ketegarannya mengatasi masalah sendirian. Pujian atas keinginannya menyelesaikan masalah itu. Pujian atas keterbukaannya. Apapun.
***
Saya lupa lagi. Tapi secara garis besar hal-hal di atas yang sering Saya lakukan.
Sebenarnya, sampai sekarang Saya tidak pernah merasa bisa menyelesaikan masalah orang lain. Tapi, usaha untuk menanyakan keadaan mereka selalu Saya lakukan.
Mungkin dari seringnya memberi perhatian itu … mereka menggelari Saya Dr. Curhat. Duh.
Tapi jujur, akibat dari seringnya mengaplikasikan teknik-teknik di atas, ada keterikatan –lebih- yang terjalin antara Saya dan rekan-rekan yang ‘berlangganan’, sampai-sampai kemarin, sekira tiga hari sebelum berangkat ke Sintesa …
… rekan-rekan Saya, laki-laki, menangis agak sesenggukan, melepas. Katanya, takut tidak ada lagi yang mengingatkan.

Saya bergetar. Lalu kembali meniatkan perjalanan ke Sintesa ini bukan untuk diri sendiri.
Terimakasih, telah menerima orang seperti Saya, yang tidak punya apa-apa.